Rabu, 22 Mei 2013 | By: Unknown

Kisah-Kisah Dalam Al-quran


PENDAHULUAN

Suatu peristiwa yang berhubungan dengan sebab dan akibat dapat menarik perhatian para pendengar. Apabila dalam peristiwa itu terselip pesan-pesan dan pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu, rasa ingin tahu merupakan faktor paling kuat yang dapat menanamkan kesan peristiwa tersbut ke dalam hati. Dan nasihat dengan tutur kata yang disampaikan tanpa variasi tidak mampu menarik perhatian akal, bahkan semua isinya pun tidak akan bisa dipahami.
Akan tetapi bila nasihat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan maka akan terwujudlah dengan jelas tujuannya. Orang pun akan merasa senang mendengarkannya, memperhatikannya dengan penuh kerinduan dan rasa ingin tahu, dan pada gilirannya ia akan terpengaruh dengan nasihat dan pelajaran yang terkandung di dalamnya.
Kesusastraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas di antara  seni-seni bahasa dan kesusastraan. Dan “kisah yang benar” telah membuktikan kondisi ini dalam uslub arabi secara jelas dan menggambarkannya dalam bentuk yang paling tinggi, yaitu kisah-kisah Qur’an.

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kisah berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Dikatakan:”قصصت اثره, artinya, “saya mengikuti atau mencari jejaknya”. Kata al-qasas adalah bentuk masdar. Firman Allah:     فارتدا على اثارهما قصصا  (al-Kahfi [18]:64). Maksudnya, kedua orang itu kembali lagi untuk mengikuti jejak dari mana keduanya datang. Dan firman-Nya melalui lisan ibu Musa: وقالت لاخته قصيه       (Dan berkatalah ibu Musa kepada saudaranya yang perempuan: Ikutilah dia.) (al-Qasas [28]:11). Maksudnya, ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yana mengambilnya.[1]
Qasas berarti berita yang berurutan. Firman Allah:     اان هذا لهو القصص الحق  (Sesungguhnya ini adalah berita yang benar.) (Ali ‘Imran[3]:62). Dan firman-Nya:  لقد كان      في قصصهم عبرة لاولي الالباب(Sesungguhnya pada berita mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.) (Yusuf [12]:111). Sedang al-qissah berarti urusan, berita, perkara, dan keadaan.
Qasas al-Qur’an adalah pemberitaan Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat.

B. Macam-Macam Kisah dalam Qur’an[2]
1. Kisah para nabi. Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwaah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan golongan yang mendustakannya. Misalnya kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad dan nabi-nabi serta rasul lainnya.
2. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masaa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah Talut dan Jalut, dua orang putra Adam, Zulkarnain, Karun dan lain-lain.
3. Kisah-kisah yang berhubungan  dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rosulullah, seperti perang Badar dan perang Uhud dalam surah Ali Imran, perang Hunain dan Tabuk dalam surah at-Taubah dan lain-lain.

C. Unsur-Unsur Kisah dalam Qur’an
              Adapun unsur-unsur kisah dalam Qur’an adalah:
  1. Pelaku (al-Syaksy). Dalam Alquran para actor dari kisah tersebut tidak hanya manusia, tetapi juga malaikat, jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung hud-hud.
  2. Peristiwa (al-Haditsah). Unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam suatu cerita, sebab tidak mungkin, ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya. Berkaitan peristiwa, sebagian ahli membagi menjadi tiga, yaitu a) peristiwa yang merupakan akibat dari suatu pendustaan dan campur tangan qadla-qadar Allah dalam suatu kisah. b) peristiwa yang dianggap luar biasa atau yang disebut mukjizat sebagai tanda bukti kebenaran, lalu datanglah ayat-ayat Allah, namun mereka tetap mendustakannya lalu turunlah adzab. c) peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang baik atau buruk, baik merupakan rasul maupun manusia biasa.
  3. Percakapan (Hiwar). Biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa dsb. Isi percakapan dalam Alquran pada umumnya adalah soal-soal agama, misalnya masalah kebangkitan manusia, keesaan Allah, pendidikan dsb. Dalam hal ini Alquran menempuh model percakapan langsung. Jadi Alquran menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya.
D.  Faedah Kisah-Kisah dalam Qur’an[3]
1. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh para nabi.
!$tBur $uZù=yör& `ÏB šÎ=ö6s% `ÏB @Aqß§ žwÎ) ûÓÇrqçR Ïmøs9Î) ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbrßç7ôã$$sù ÇËÎÈ [4]
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan  kepadanya, bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (al-Anbiya’ [21]: 25)
2. Meneguhkan hati Rosulullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah, memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pemeluknya.
yxä.ur Èà)¯R y7øn=tã ô`ÏB Ïä!$t6/Rr& È@ߍ9$# $tB àMÎm7sVçR ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù 4 x8uä!%y`ur Îû ÍnÉ»yd ,ysø9$# ×psàÏãöqtBur 3tø.ÏŒur tûüÏYÏB÷sßJù=Ï9 ÇÊËÉÈ   [5]
“Dan semua kisah rasul-rasul yang Kami ceritakan kepadamu, adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang beriman.” (Hud [11]:120).
3. Membenarkan para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak peninggalannya.
4. Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.
5. Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuh yang mereka sembunyikan, dan menantang mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubah dan diganti. Misalnya firman Allah:
* @ä. ÏQ$yè©Ü9$# tb$Ÿ2 yxÏm ûÓÍ_t6Ïj9 Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) žwÎ) $tB tP§ym ã@ƒÏäÂuŽó Î) 4n?tã ¾ÏmÅ¡øÿtR `ÏB È@ö6s% br& tA¨t\è? èp1uöq­G9$# 3 ö@è% (#qè?ù'sù Ïp1uöq­G9$$Î/ !$ydqè=ø?$$sù bÎ) öNçGZä. šúüÏ%Ï»|¹ ÇÒÌÈ [6] 
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’kub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: (Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang benar.” (Ali ‘Imran [3]:93).
6. Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke dalam jiwa. Firman Allah:
ôs)s9 šc%x. Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouŽö9Ïã Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3 $tB tb%x. $ZVƒÏtn 2uŽtIøÿム`Å6»s9ur t,ƒÏóÁs? Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ Ÿ@ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« Yèdur ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sムÇÊÊÊÈ [7] 

“Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (Yusuf [12]:111).

E. Pengulangan Kisah dan Hikmahnya[8]
            Qur’an banyak mengandung berbagai kisah yang diungkapkan berulang-ulang di beberapa tempat. Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam Qur’an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Di satu tempat ada bagian-bagian yng didahulukan , sedang di tempat lain diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secra anjang lebar. Di antara hikmahnya adalah:
1. Menjelaskan ke-balagah-an Qur’an dalam tingkat paling tinggi. Sebab di antara keistimewaan balagah adalah mengungkapkan sebuah makna dalam berbagai macam bentuk yang berbeda.
2. Menunjukkan kehebatan mukjizat Qur’an. Sebab mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab, merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa Qur’an itu datang dari Allah.
3. Memberikan perhatian besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan indikasi betapa besarnya perhatian.
4. Perbedaan tujuan yang karenanya kisaah itu diungkapkan. Maka sebagian dari makna-maknanya diterangkan di satu tempat, karena hanya itulah yang diperlukan, serdang makna-makna lainnya  dikemukakan di tempat yang lain, sesuai tuntutan keadaan.

F. Kisah-Kisah dalam Qur’an Adalah Kenyataan,  Bukan Khayalan
            Seorang muslim sejati adalah orang yang beriman bahwa Qur’an adalah Kalamullah dan suci dari pemerian artistik yang tidak memperhatikan realita sejarah. Kisah Qur’ani tidak lain adalah hakikat dan fakta sejarah yang dituangkan dalam untaian kata-kata indah dan pilihan serta dalam uslub yang mempesona. Qur’an diturunkan dari sisi Yang Mahapandai, Mahabijaksana. Dalam berita-beritaNya tidak ada kecuali yang sesuai dengan kenyataannya. Kisah Qur’an diberi karakter sebagai kisah yang benar (al-qashas al-haq). Dalam surah Ali ‘Imran, setelah disebutkan beberapa ayat yang membantah orang-orang Nasrani tentang perihal kemanusiaan Isa bin Maryam a.s. dan menyanggah anggapan mereka seputar penisbatanya kepada Allah swt (sebagai anak-Nya), dan mengisahkan kepada mereka peristiwa ibunda Maryam r.a. yang mengandung Isa, kemudian melahirkannya, kemudian  disebutkan satu ayat yang menyifati kisah ini sebagai kisah yang benar, yang tidak ada padanya kesalahan, kebohongan, maupun kebatilan.[9]
Apabila orang-orang terhormat di kalangan masyarakat enggan berkata dusta dan menganggapnya sebagai perbuatan hina paling buruk yang dapat merendahkan martabat kemanusiaan, maka bagaimana seorang yang berakal dapat menghubungkan kedustaan kepada kalam Yang Mahamulia dan Mahaagung?
            Allah adalah Tuhan Yang Hak:
šÏ9ºsŒ  cr'Î/ ©!$# uqèd ,ysø9$# žcr&ur $tB šcqããôtƒ `ÏB ¾ÏmÏRrߊ uqèd ã@ÏÜ»t6ø9$# žcr&ur ©!$# uqèd Í?yèø9$# 玍Î6x6ø9$# ÇÏËÈ [10] 
            “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak dn sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil.” (al-Hajj [22]:62)
Dia mengutus Rasul-Nya dengan hak pula:
!$¯RÎ) y7»oYù=yör& Èd,ptø:$$Î/ #ZŽÏ±o0 #\ƒÉtRur 4 bÎ)ur ô`ÏiB >p¨Bé& žwÎ) Ÿxyz $pkŽÏù ֍ƒÉtR ÇËÍÈ  
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran (hak) sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.” (Fatir [35]:24),
üÏ%©!$#ur !$uZøŠym÷rr& y7øs9Î) z`ÏB É=»tGÅ3ø9$# uqèd ,ysø9$# $]%Ïd|ÁãB $yJÏj9 tû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ 3 ¨bÎ) ©!$# ¾ÍnÏŠ$t6ÏèÎ/ 7ŽÎ6sƒm: ׎ÅÁt/ ÇÌÊÈ  
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Kitab (Qur’an) itulah yang benar (hak).” (Fatir [35]:31),
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# ôs% ãNä.uä!$y_ ãAqß§9$# Èd,ysø9$$Î/ `ÏB öNä3În/§ (#qãZÏB$t«sù #ZŽöyz öNä3©9 4 bÎ)ur (#rãàÿõ3s? ¨bÎ*sù ¬! $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 tb%x.ur ª!$# $·KÎ=tã $VJŠÅ3ym ÇÊÐÉÈ  
“Wahai manusia, sungguh telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu.” (an-Nisa’ [4]:170),
!$uZø9tRr&ur y7øs9Î) |=»tGÅ3ø9$# Èd,ysø9$$Î/ 
“Dan Kami telah menurunkan kepadamu Qur’an dengan membawa kebenaran (hak).” (al-Ma’idah [5]:48), dan
3üÏ%©!$#ur tAÌRé& y7øs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ,ysø9$# 
“Dan Kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu adalah benar.” (ar-Ra’d [13]:1).
Dan semua apa yang dikisahkan Allah dalam Qur’an adalah hak pula :
ß`øtªU Èà)tR y7øn=tã Nèdr't7tR Èd,ysø9$$Î/ 4
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya.” (al-Kahfi [18]:13), dan
(#qè=÷GtR šøn=tã `ÏB Î*t7¯R 4ÓyqãB šcöqtãöÏùur Èd,ysø9$$Î/ 5
“Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firaun dengan benar (hak).” (al-Qasas [28]:3).

G. Pengaruh Kisah-Kisah Qur’an dalam Pendidikan dan Pengajaran
Tidak diragukan lagi bahwa kisah yang baik dan cermat akan digemari dan menembus relung jiwa manusia dengan mudah. Segenap perasaan mengikuti alur kisah tersebut tanpa merasa jemu atau kesal, serta unsur-unsurnya dapat dijelajahi akal sehingga ia dapat memetik dari keindahan tamannya aneka ragam bunga dan buah-buahan.
Pelajaran yang disampaikan dengan metode talqin dan ceramah akan menimbulkan kebosanan, bahkan tidak dapat diikuti sepenuhnya oleh generasi muda kecuali dengan sulit dan berat serta memerlukan waktu yang cukup lama pula. Oleh karena itu, maka uslub qasasi (narasi) sangat bermanfaat dan mengandung banyak faedah. Pada umumnya, anak-anak suka mendengarkan cerita-cerita, memperhatikan riwayat kisah, dan ingatannya segera menampung apa yang diriwayatkan kepadanya, kemudian ia meniruksn dan mengisahkannya.
Fenomena fitrah kejiwaan ini sudah seharusnya dimanfaatkan oleh para pendidik dalam lapangan pendidikan, khususnya pendidikan agama yang merupakan inti pengajaran dan soko guru pendidikan.
Dalam kisah-kisah qur”ani terdapat lahan subur yang dapat membantu kesuksesan para pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali mereka dengan bekal kependidikan berupa peri hidup para nabi, berita-berita tentang umat dahulu, sunnatullah dalam kehidupan masyarakat dan hal ihwal bangsa-bangsa. Dan semua itu dikatakan dengan benar dan jujur. Para pendidik hendaknya mampu menyuguhkan kisah-kisah qur’ani itu dengan uslub bahasa yang sesuai dengan tingkat nalar pelajar dalam segala tingkatan. Sejumlah kisah keagamaan yang disusun oleh Ustadz Sayid Qutub dan Ustadz as-Sahhar telah berhasil memberikan bekal bermanfaat dan berguna bagi anak-anak kita, dengan keberhasilan yang tiada bandingnya. Demikian pula al-Jarim telah menyajikan kisah-kisah qur’ani dengan gaya sastra yang indah dan tinggi, serta lebih banyak analisis mendalam. Alangkah baiknya andaikata orang lain pun mengikuti dan meneruskan metode pendidikan baik ini. [11]

PENUTUP
            Dari makalah tersebut, dapat kami simpulkan bahwa di dalam Al-Qur’an memiliki banyak kisah yang di jabarkan mulai dari zaman dahulu, pada masa nabi, zaman sekarang maupun yang akan datang, baik itu secara nyata maupun ghoib. Dengan mempelajari kisah-kisah dalam Al-Qur’an, kita akan mengetahui faedah dan hikmahnya sehingga kita dapat memperoleh pelajaran atau pengetahuan yang dapat kita terapkan di zaman sekarang maupun di nasa mendatang sebagai rambu-rambu kita untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
            Dan dapat dipastikan bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur’an itu nyata, bukan khayalan belaka. Pengaruh kisah-kisah dalam Al-Qur’an, yaitu dengan mempelajarinya kita akan mendapat bekal kependidikan berupa peri hidup para nabi, dan sunnatullah dalam kehidupan masyarakat. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an dapat disampaikan atau dikaji menggunakan berbagai gaya sastra yang indah dan tinggi, sehingga mampu menarik orang muslim itu sendiri maupun orang non-muslim untuk mempelajarinya lebih dalam.
            Sesungguhnya kisah-kisah Al-Qur’an merupakan sebuah khasanah yang tidak akan habis dan sebuah air mata yang tidak akan kering, tentang pelajaran, petunjuk, dan peringatannya, tentang keimanan dan akidah, tentang amal dan dakwah, tentang jihad dan perlawanan, tentang logika dan retorika, tentang kesabaran dan keteguhan, dan tentang parameter aksiomatika

DAFTAR PUSTAKA
DR. Shalah Al-Khalidy. 1999. Kisah-Kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-Orang Dahulu Jilid 1. Jakarta: Gema Insani.
DR. Shalah Al-Khalidy. 1999. Kisah-Kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-Orang Dahulu Jilid 2. Jakarta: Gema Insani.
DR. Shalah Al-Khalidy. 1999. Kisah-Kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-Orang Dahulu Jilid 3. Jakarta: Gema Insani.
Manna’ Khalil al-Qattan. 2009. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
Sayid Abul Hasan ‘Ali al-Husni an-Nadwi. Kisah Para Nabi.  an-Nasyir.
Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Al-Qur’an Dan Terjemahannya. Semarang: CV. Toha Putra Semarang.





[1] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2009), hal. 435 .
[2] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2009), hal. 436 .
[3] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an(Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2009), hal. 437
[4] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (CV. Toha Putra Semarang, 1989).
[5] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (CV. Toha Putra Semarang, 1989).
[6] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (CV. Toha Putra Semarang, 1989).
[7] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (CV. Toha Putra Semarang, 1989).
[8] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an(Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2009), hal. 438.
[9] Dr. Shalah Al-Khalidy, Kisah-Kisah Al-Qur’an (Jakarta:Gema Insani,1999), hal. 23.
[10] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (CV. Toha Putra Semarang, 1989).
[11] Sayid Abul Hasan ‘Ali al-Husni an-Nadwi telah menyusun pula kumpulan kisah para nabi, yang merupakan kisah para pelopor. (an-Nasyir, penerbit).

0 komentar:

Posting Komentar